Minggu, 27 November 2011

PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT

PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT

Bab 1: Pendahuluan

A.Latar Belakang

Masyarakat terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang terdiri dari berbaga latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari kelompok sosial. Dengan adanya atau terjadinya kelompok sosial ini maka terbentuklah suatu pelapisan masyarakat atau terbentuklah masyarakat yang bersastra.
Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasari ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil. Sehubungan dengan ini, maka dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam pembentukannya mempunyai gejala yang sama.
Masyarakat tidak dapat dibayangkan tanpa individu, seperti juga individu tidak dapat di bayangkan tanpa adanya masyarakat. Betapa individu dan masyarakat adalah komplementer dapat kita lihat dari kenyataan, bahwa :
1. Manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya ;
2. Individu mempengaruhi masyarakat dan bahkan bisa menyebabkan (berdasarkan pengaruhnya) perubahan besa masyarakat.


B. Maksud dan Tujuan
Penulusan ini bertujuan sebagai tugas mata kuliah ilmu sosial dasar dengan tema Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat dan bertujan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu sosial dasar dan menjelaskan tentang pengertian pelapisan sosial dan kesaman derajat dalam kehidupan masyarakat.

Bab 2:  Teori
 
Istilah Stratifikasi berasal dari kata STRATA atau SATRATUM yang berarti lapisan . karena itu Social Stratification sering diterjemahkan sebagai Pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan yang sama menurut ukuran masyarakatnya, dikatakan berbeda dalam suatu lapisan atau stratum.
Pitirim A.Sorokin memberikan definisi pelapisan masyarakat sebagai berikut :”Pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tesusun secara bertingkat (hierarchis)”.


B. PELAPISAN SOSIAL CIRI TETAP KELOMPOK SOSIAL
Pembagian dan pemberian kedudukan yang berhubungan dengan jenis kelamin nampaknya menjadi dasar dari seluruh sistem atas sosial masyarakat kuno. Seluruh masyarakat memberikan sikap dan kegitan yang berbeda kepada kaum laki-laki dan perempuan yang kemudian menjadi dasar daripada pembagian pekerjaan, semata mata adalah ditentukan oleh sistem kebudayaan itu sendiri.  Di dalam organisasi masyarakat primitive pun sebelum mengenal tulisan, pelapisan masyarakat itu sudah ada. Hal ini terwujud berbagai bentuk sebagai berikut :
1) adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan-pembedaan hak dan kewajiban ;

2) adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak istimewa ;
3) adanya pemimpin yang saling berpengaruh ;

4) adanya orangorang yang dikecilkan diluar kasta dan orang yang diluar perlindungan hukum (cutlawmen) ;
5) adanya pembagian kerja didalam suku itu sendiri ;
6) adanya pembedaan standar ekonomi dan didalam ketidakstabilan ekonomi itu secara umum.



C. TERJADINYA PELAPISAN SOSIAL

▪ Terjadi dengan sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Ada pula lapisan tertentu yang terbentuk bukan berdasarkan kesengajaan, tetapi secara alamiah. Pengakuan-pengakuan terhadap kekuasaan dan wewenang tumbuh dengan sendirinya.
Oleh karena sifatnya yang tanpa sengaja inilah, maka bentuk lapisan dan dasar daripada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat dimana system itu berlaku.
▪ Terjadi dengan sengaja
Sistem ini ditunjukan untuk mengejar tujuan bersama. Dengan adanya pembagian yang jelas dalam hal wewenang dan kekuasaan ini, maka didalam organisasi itu teradapat keteraturan sehingga jelas bagi setiap orang ditempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang yang dimiliki dan dalam suatu organisasi baik secara vertical maupun horizontal.
Didalam sistem organisasi ini mengandung dua system, yaitu:
1) Sistem Fungsional; merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat. Namun kelemahannya karena organisasi itu sudah diatur sedemikian rupa, sering
terjadi masalah dalam menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
2) Sistem Skalar;merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas(vertical).
Pembagian kedudukan ini di dalam organisasi formal pada pokoknya diperlukan agar organisasi itu dapat bergerak secara teratur untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tetapi sebenarnya terdapat pula kelemahan yang disebabkan sistem yang demikinan itu.
Pertama : karena organisasi itu sudah diatur sedemikian rupa, sehingga sering terjadi kelemahan di dalam menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Kedua : karena organisasi itu telah diatur sedemikian rupa sehingga membatasi kemampuan-kemampuan individual yang sebenarnya mampu tetapi karena kedudukannya yang mengangkat maka tidak memungkinkan untuk mengambil inisiatif.
D. PEMBEDAAN SISTEM PELAPISAN MENURUT SIFATNYA
1) Sistem pelapisan masyarakat yang tertutup
Di dalam system ini perpindahan anggota masyarakat ke lapisan yang lain baik ke atas maupun ke bawah tidak mungkin terjadi, kecuali ada hal-hal yang istimewa. Di dalam system yang demikian itu satu-satunya jalan untuk dapat masuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran.
Masyarakat pelapisan tertutup dapat kita temui di Negara India dan masyarakat pelapisan tertutup dapat dibagi menjadi lima macam, diantaranya :
- Kasta Brahmana : terdiri dari golongan-golongan pendeta dan merupakan kasta yang tertinggi
- Kasta Ksatria : terdiri dari golongan bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan kedua.
- Kasta Waisya : terdiri dari golongan pedagang yang dipandang sebagai lapisan menengah ketiga.
- Kasta Sudra : terdiri dari golongan rakyat jelata.
- Paria : terdiri dari mereka yang tidak mempunyai kasta (gelandangan, peminta, dan sebagainya).
Sistem stratifikasi social yang tertutup biasanya juga kita temui di dalam masyarakat feudal atau masyarakat yang berdasarkan realisme.
2) Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka
Sistem pelapisan seperti ini dapat kita temui di dalam masyarakat di Indonesia sekarang ini. Setiap orang diberi kesempatan untuk menduduki segala jabatan dila ada kesempatan dan kemampuan untuk itu. Tetapi di samping itu orang juga dapat turun dari jabatannya bila dia tidak mampu mempertahankanNYA. Sistem pelapisan mayarakat terbuka sangat menguntungkan. Sebab setiap warga masyarakat diberi kesempatan untuk bersaing dengan yang lain.

E. BEBERAPA TEORI TENTANG PELAPISAN SOSIAL
Pelapisan masyarakat dibagi menjadi beberapa kelas :
• Kelas atas (upper class)
• Kelas bawah (lower class)
• Kelas menengah (middle class)
• Kelas menengah ke bawah (lower middle class)
Beberapa teori tentang pelapisan masyarakat dicantumkan di sini :
1) Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap Negara terdapat tiga unsure, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.
2) Prof. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA. menyatakan bahwa selama di dalam masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai.
3) Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite. Menurut dia pangkal dari pada perbedaan itu karena ada orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbeda-beda.
4) Gaotano Mosoa dalam “The Ruling Class” menyatakan bahwa di dalam seluruh masyarakat dari masyarakat yang kurang berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas pertama (jumlahnya selalu sedikit) dan kelas kedua (jumlahnya lebih banyak).
5) Karl Mark menjelaskan terdapat dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyainya dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jika masyarakat terbagi menjadi lapisan-lapisan social, yaitu :
a. ukuran kekayaan
b. ukuran kekuasaan
c. ukuran kehormatan
d. ukuran ilmu pengetahuan
Kesamaan Derajat Warga Negara
Sebagai warga negara Indonesia, tidak dipungkiri adanaya kesamaan derajat antar rakyaknya, hal itu sudah tercantum jelas dalam UUD 1945 dalam pasal ..
1. Pasal 27
• ayat 1, berisi mengenai kewajiban dasar dan hak asasi yang dimiliki warga negara yaitu menjunjung tinggi hukum dan pemenrintahan
• ayat 2, berisi mengenai hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

2. Pasal 28, ditetapkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, menyampaikan pikiran lisan dan tulisan.
3. Pasal 29 ayat 2, kebebasan memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh negara
4. Pasal 31 ayat 1 dan 2, yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran

Kesamaan derajat adalah sifat perhubungan antara manusia dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal balik artinya orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah negara
Dengan pasal – pasal dan pengertian di atas, sudah jelas bahwa kita harus saling bertoleransi terhadap orang lain khususnya warga Indonesia. Tidak ada pandangan si kaya dan si miskin, si pintar dan si bodoh, semua di mata perundangan Indonesia adalah sama.
Bab 3 : Metodologi
Tulisan ini Menggunakan metodologi kualitatif dimana tulusan ini menggunakan orientasi teoritik .
Bab 4 : Kasus/Studi
                                     RASISME

Rasisme, diskriminasi rasial,  prejudice dan berbagai sikap  intoleransi masih hidup subur tidak hanya di bagian-bagian dunia yang secara stereotip dihubungkan dengan keadaan itu seperti halnya Amerika Serikat. Sikap intoleransi itu ada dimana-mana, dengan berbagai baju. Asal mula istilah ras diketahui  sekitar tahun 1600. Saat itu, Francois Bernier, pertama kali mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah (Alo Liliweri,  2005:21). Berdasarkan  ciri fisiknya, manusia di dunia dapat di bagi kedalam empat ras besar. Ras-ras tersebut adalah hitam, putih, kuning  dan merah.
Seorang tokoh yang memperkenalkan konsep tentang ras adalah Charles Darwin. Darwin memperkenalkan ras sebagai sesuatu  hal yang mengacu pada ciri-ciri biologis dan fisik. Salah satunya yang paling jelas adalah warna kulit Pada akhirnya, perbedaan berdasarkan warna kulit tersebut memicu lahirnya  gerakan-gerakan yang  mengunggulkan rasnya sendiri-sendiri. 2 Teori Darwin dijadikan sebagai  dasar tindakan untuk membenarkan penguasaan ras satu atas ras yang lain. Maka timbullah superioritas ras, ras yang merasa lebih unggul menindas  ras yang dianggap lebih rendah. Konsep tentang keunggulan ras ini kemudian melahirkan rasialisme. Rasisme secara umum dapat diartikan sebagai serangan sikap, kecenderungan, pernyataan, dan  tindakan yang mengunggulkan atau memusuhi kelompok masyarakat terutama karena identitas ras. Rasisme juga di pandang sebagai sebuah  kebodohan karena tidak mendasarkan (diri) pada satu ilmu apapun, serta berlawanan dengan norma-norma etis, perikemanusiaan, dan hak-hak asasi manusia. Akibatnya, orang dari suku bangsa lain sering didiskriminasikan, dihina, dihisap, ditindas dan dibunuh
Permasalahan rasisme nampaknya sangat menarik untuk dicermati dan mendorong banyak filmmaker Hollywood untuk mengangkat tema ini ke layar lebar, khususnya tentang kehidupan masyarakat multietnis di Los Angeles yang di penuhi rasisme, diskriminasi rasial, dan  prejudice. “Crash” – (2006) karya Paul Haggis, adalah film drama gelap tentang rasisme, kecurigaan dan prasangka. Mengangkat tema multikulturalisme, kesenjangan, kriminalitas, dan rasialisme di dalam masyarakat kota yang tampaknya masih digemari masyarakat Amerika Serikat (AS), film Crashmenggambarkan tentang potret kesenjangan dan pandangan rasialisasi warga Los Angeles dalam gambaran keseharian mereka. Tentang 3 multikulturalisme ini, AS yang di  kenal dan memosisikan diri sebagai Land of diversity—menerima segala ras dan bangsa—seakan makin kuat dengan cap itu lewat Crash.  Crash sendiri menceritakan tentang dunia di mana orang-orang di dalamnya sangat dekat secara fisik,  tetapi tak saling bersentuhan secara emosi. Berlatar belakang kota Los Angeles, dalam film ini sejumlah tokoh berkutat dengan kesibukannya masing-masing dan tak saling mengenal. Namun, serangkaian peristiwa justru memaksa mereka bertemu dan bersinggungan. Mereka terdiri dari kulit putih, negro, Latin, Persia, hingga China. Diceritakan seorang negro,  detektif Graham (Don Cheadle) yang menjalin hubungan dengan perempuan Meksiko, Ria (Jennifer Esposito). Ditengah kesibukannya menangani kasus pembunuhan, Graham di pusingkan oleh permintaan ibunya agar ia segera menemukan adiknya, Peter (Larenz Tate) yang selama ini  menghilang. Kegiatan Peter justru bertolak belakang dengan kakaknya. Dia terlibat dalam perampokan mobil bersama kawannya. Disisi lain ada Ryan yang melecehkan seorang wanita negro di depan suaminya hanya karena sifat fanatik rasialisnya. Namun, saat Christine terkena kecelakaan mobil justru Ryan-lah yang menolongnya. Diceritakan pula seorang imigran Persia yang menodongkan pistol ke Tukang Kunci yang seorang hispanik hanya karena prasangka buruknya terhadap si Tukang Kunci. Umumnya film bertemakan rasisme hampir selalu menggambarkan tentang hubungan kulit hitam dan kulit putih. Seperti Amistad (1997) 4 karya Steven Spielberg yang berkisah tentang perjuangan budak Afrika dalam membebaskan diri dari kapal yang membawa mereka secara illegal menuju Amerika. Shaft (2000) karya John Singleton yang berkisah tentang kasus pembunuhan brutal tanpa alasan terhadap seorang kulit hitam oleh seorang pemuda kulit putih kaya raya. Serta film Ghost Mississipi (1996) karya Bob Reinere dan Rosewood (1997) karya John Singleton.  Hampir semua film tersebut berkisah tentang perjuangan kulit hitam terhadap kulit putih atau  sebaliknya. Namun Haggis ingin menampilkan sesuatu yang berbeda dalam filmnya  Crash. Film ini memang hanya memotret keseharian warga LA, kemasannya berupa serpihan-serpihan mozaik kehidupan  yang jika ditempel akan saling berhubungan menjadi sesuatu yang utuh. Persinggungan hidup antar tokoh kemudian membawa pada suatu kesadaran baru akan makna hidup. Namun, film ini juga justru menyisakan sesuatu yang baru dalam benak penontonnya bahwa di dunia semodern apapun praktek rasisme masih saja bisa terjadi, walau tanpa di sadari. Walaupun itu hanya berupa prsangka.  Film  Crash memang lebih menekankan pada cerita yang bertemakan rasisme, terutama prasangka (prejudice) yang dengan sedikit banyak juga menyentuh aspek kehidupan sehari-hari warga kota Los Angeles yang sebagian besar warganya didominasi oleh orang kulit putih. Crash yang mengangkat tema rasisme (yang dalam hal ini lebih menekankan pada prasangka sebagai bagian dari rasisme), memang terlihat dan tidak lepas dari masalah kehidupan antar ras dari berbagai 5 kalangan yang ada di kota Los Angeles, yang mana sebagian dari mereka merasa ada yang di lecehkan keberadaannya, tidak dihargai, terasing dan lain sebagainya. Perasaan tersebut tidak lain bermula dari prasangka yang ada pada diri masing-masing individunya. Hal ini dapat terlihat dalam scene-scene yang ada dalam film  Crash. Sebuah prasangka dalam diri individu kepada individu lain yang berbeda ras dengannya. Yang akhirnya dari prasangka tersebut tidak jarang yang berakibat pada  stereotype atau penilaian negatif tentang seseorang. Selanjutnya dari melalui film  Crashtersebut penulis akan meneliti bagaimana dan mengapa prasangka itu dapat timbul dalam benak seseorang. Jika dicermati secara lebih mendalam terutama terkait dengan tanda-tanda yang dibangun dalam film tersebut terdapat tanda-tanda atau simbol yang menggambarkan sesuatu hal yang rasis, yaitu prasangka dan konflik yang ditampilkan baik oleh tokoh maupun suasana yang dibangun dalam film tersebut. Simbol-simbol  rasisme yang tertuang dalam film ini bisa dalam bentuk bahasa, isyarat maupun gambar adegan-adegan yang film yang ada.  Secara umum simbol-simbol atau tanda-tanda rasisme yang di bangun dalam film ini merupakan cerminan kehidupan sehari-hari warga Los Angeles yang penuh dengan konflik berdasarkan ras di antara mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung yang berupa prasangka. Jadi dalam hal ini, representasi prasangka antar ras sebagai bentuk dari rasisme yang terkandung dalam film ini dapat di lihat baik 6 secara verbal maupun nonverbal dari keseluruhan adegan yang ada
Bab 5 : Pembahasan
Pada artikel di atas dijelaskan bahwa adanya perpecahan konflik karena malasah ras, warna kulit dan bentuk wajah.

Bab 6 : Penutup
Kesimpulan dari tulisan ini adalah
1.      Pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tesusun secara bertingkat (hierarchis)
2.      Kesamaan derajat adalah sifat perhubungan antara manusia dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal balik artinya orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah negara
Demikian yang saya bisa sampaikan dari makalah ini mengenai  materi yang menjadi pokok pembahasan tulisan ini, tentu dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan karena tentunya keterbatasannya pengetahuan tentang pokok pembahasan . somoga semua ini berguna bagi kita semua, sekian dari saya.

DAFTAR PUSTAKA
-          Google
-          Buku MKDU Ilmu Sosial Dasar
-          Wikipedia

0 komentar:

Posting Komentar